Quintel Blogger theme

A free Premium Blogger theme.

Bencana

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anakanakmu yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu
lewat semayup suara azan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
lewat gempa bumi yang bergoncang
deru angin yang meraungraung kencang
hujan banjir yang melintang pukang
adakah kau dengar?
-Apip Mustopa-

Setiap bencana datang tiba tiba. Meski seringnya diawali oleh tanda tanda dan prediksi prediksi namun ia tetap saja datang tiba tiba. Dan ketika ketika bencana itu mengilat di depan matamu dan melahap apapun milikmu kau hanya bisa bisa berkata : Ya Allah, mengapa kau timpakan ini kepadaku?.

Lalu kau baru mengingat semua dosa dosa yang pernah kau lakukan, satu demi satu terpampang di hadapanmu,memori yang selama ini sangat sulit terbuka, terbuka begitu lancar, kau kehilangan banyak sesuatu yang kau kumpulkan bertahun tahun dalam beberapa kejapan mata, cepat nian, bahkan terlalu cepat, katamu.

Bersabar. Kata pendek sarat makna. Sering dianggap oleh yang terkena bencana sebagai sebuah dongeng sebelum tidur, padahal kesabaran adalah pekerjaan yang sangat mulia: Sesungguhnya Allah bersama orang sabar. bukanlah sekedar slogan kosong, itu adalah janji Allah.

Penyesalan itu di akhir. Dan tak ada manfaatnya. Kecuali apabila ia jadi pelajaran buat masa mendatang. Sesungguhnya bencana yang berentet –bukan hanya di Indonesia, bahkan di dunia—akhir akhir ini tak lain disebabkan laku manusia sendiri, mungkin akumulasi dosa manusia membuat bumi gerah dan penat, sehingga sedikit bergeliat untuk mengusir penat.

Suatu fakta yang paradoks, orang orang baik banyak yang terkena musibah, namun justru orang yang dikenal tidak baik luput dari bencana. Mungkin Allah kasihan melihat orang orang baik berada di tengah orang orang tidak baik, sehingga ia diambil Allah agar tak terhanyut mereka. Dan Allah juga kasihan pada orang yang tak baik, supaya mereka bertaubat dan mengambil pelajaran dari bencana.

Orang tua tak mungkin membiarkan anaknya main api yang akan membakar dirinya, atau merusak barang—milik siapapun, maka apa-bila mereka mendapati anaknya berbuat seperti itu, maka ia akan dinasehati, dan bila terus ndablek melakukanny maka ia akan diberi sedikit teguran yang agak keras, lalu pukulan, setidaknya jeweran atau cubitan. Semuanya karena sayang. Apabila orang tua telah kehilangan rasa sayangnya maka ia akan membiarkan anaknya berbuat munkar sehingga ia merasakan akibatnya sendiri.

Mungkin itulah analoginya, bencana bencana ini adalah ‘cubitan’ Allah agar kita tak jadi hamba bandel yang ngelunjak kepada-Nya, agar kita jadi hamba penurut yang disayang-Nya. Berarti Allah masih sayang karena kita masih diperingatinya. Bila tidak? Tentu Allah akan membiarkan kita mabuk lalai sehingga jatuh ke neraka.

Dan hamba yang tak kena ‘cubit’ bukannya hanya sekadar merasa lega atau sekedar kasihan pada saudaranya. (Salah satu) yang mesti dilakukannya adalah: Bagaimana agar ia tak terkena cubitan itu? Tentunya dengan cara menurut dan menghentikan kebiasaannya merusak bumi (salah satunya) dengan bermaksiat. Wallahu A’lam.


0 komentar:

Post a Comment

tinggalin komen kamu disini,
aDa yang bisa di bantu ? :)